BUDI MENURUT ADAT MINANGKABAU (bagian 1)
BUDI MENURUT ADAT MINANGKABAU (1)
Ratmil, S.Sos., M.Pd.
A. Tujuan
Materi Penyanyi bertujuan untuk review memberikan Pengetahuan Dan pemahaman ditunjukan kepada Santri Dan Santriwan Peserta Pesantren Ramadhan TENTANG pengertian budi, Beroperasi budi Dan Landasan budi * Menurut adat MInangakabau , Dan Sekaligus para santri Mampu mempraktikkan Nilai-Nilai Budi menuru t Adat Minangakabau hearts kehidupan Sehari-hari.
B. Pengantar
Nenek moyang Minangkabau membuat adat bert ujuan untuk menata kehidupan masyarakatnya teratur dan tentram . Mencari Google Artikel adat 'masyarakat DAPAT m e ngatur kehidupannya. Adat memberikan aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan dalam kehidupan individu dan kehidupan bermasyarakat. Adat ibarat rel kereta api. Di atas relia roda-roda kehidupan menggelinding. Jika roda keluar dari rel, kecelakaan dapat terjadi, musibah datang menghantam kehidupan manusia. Dengan adat itu masyarakat Minangkabau mempertahankan segi-segi kehidupannya yang khas secara turun-temurun.
S alah satu ajaran adat yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Minangkabau ialah Budi . Banyak sekali mamangan atau petatah petitih tentang budi yang paling terkenal itu salah satu di antaranya adalah:
Nan Kuriak Kundi
Nan Sirah Sago
Nan Baik Budi
Nan Endah Baso
“Kundi Dan sagu Adalah sejenis t umbuhan , Sago Berbentuk pohon Yang bisa Tinggi sadangkan Kundi b erbentuk t umbuhan Yang m e njala r ATAU marambat . Kundi Dan Sago Penyanyi t idak ditanam Oleh orangutan Minangkabau TAPI Tumbuh DENGAN Sendiri nya . Akiba t ny a kita suli t mamcariny a sekarang .
Why nenek moyang kita mengambil tumbuhan Kundi dan Sago untuk dijadikan misal tentang pentingnya ajaran Budi. Aneh ras a ny a , kenapa tidak padi atau durian dan lain sebagainya. Ternyata bij i Kundi dan Sago itu mirip bentuk dan ukurannya, biji kundi dan sago sejak dari putik sama-sama berwarna merah sampai biji itu mati, namun pada biji Kundi ada bintik hitam sehingga disebut dengan “ kuriak ” .
Budi menjadi inti adat Minangkabau. Inti a dat itu sendiri adalah budi. Dengan budi manusia dapat mengendalikan dirinya. Budi kenal dengan raso jo pareso, s opan santun, dan raso malu. Dengan berbekal budi baik yang tinggi, kehidupannya lebih manusiawi. Budi pulalah yang bertahan bertahan menghadapi zaman yang senantiasa berkembang dari masa ke masa. Dengan budi pula ia naik sako jo pusako. Malah, jika budi sebagai inti adat ditanggapi, kehidupan akan ambruk, keadaan akan kacau, diri akan rusak, masyarakat akan celaka, dan musibah akan datang silih berganti menimpa kehidupan. D i pesankan di dalam pantun adat seperti berikut:
Hiduik batungkek batang bodi, mati bapuntiang di tanah sirah. Jikok pandai bamain budi, di dalam aia badan tak basah.
Tidak ada yang lebih berharga dari Budi, yang dicaripun bukan emas dan bukan pula pangkat tinggi akan tetapi orang baik yang paling di hargai.
Anak ikan dimakan ikan
Gadang di tabek anak tenggiri
Ameh bukanpangkaik pun bukan
Budi sabuah nan di haragoi
C. Pengertian Budi
Pengertian budi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1989 adalah sebuah tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Budi dalam Bahasa Sansekerta berarti kesadaran, pikiran, dan kecerdasan. Budi menurut Kamus Bahasa Indonesia - Minangkabau adalah perpaduan antara akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk.
Budi merupakan sebuah sikap positif yang termasuk didalamnya adalah tindakan sopan santun. Budi merupakan sebuah sikap dan tindakan yang diperoleh berdasarkan kebiasaaan yang dilakukan sedari kecil. Budi adalah sebuah sikap yang akan terbentuk dalam benak setiap orang serta dengan pengirim yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Budi dapat diasosiasikan dengan moral, etika, akhlak mulia, tata krama, dan sopan santun.
Jadi b udi merupakan sebuah kebiasaan yang diperoleh sejak kecil. Budi yang mengajar di keluarga akan mengajarkan tentang norma dan moral yang dapat diterima dan diterima baik di masyarakat. Contohnya adalah ajaran untuk saling berbagi kepada satu sama lain dan tidak berebutan serta mau mengalah (berbagi mainan kepada kakak / adik), saling memaafkan, dan lain sebagainya. Ajaran TENTANG larangan orangutan Minangkabau melakukan Sumbang sebagaimana Yang diungkapkan hearts Sumbang Duobaleh, Serta Ajaran agar berbuat Adat Sopan- Santun Orang Minangkabau merupakan pengejawantahan Dari PADA Ajaran Budi tersebut.
D. Jenis Budi
Jenis Budi menurut adat Minangkabau ada 8 jenis, seperti “ budi baiak, budi buruak, kadapatan budi, tajua budi, hutang budi, tali budi, mananam budi dan badi bahaso”.
1. “ Budi baiak” ATAU budi Baik Adalah SIKAP, p ikiran Dan Perbuatan yang Baik Dari Seseorang, sebagai contoh; suka membantu atau m enolong, senang menyapa orang lain, suka memberi sesuatu dengan ketulusan hati. Orang Minang mengatakan , “ Dek budi baiak ko, indak ado urang nan indak galiang, doh ” . Karena budi baik ini, tidak ada orang yang tidak bimbang . “ Jan lupo di budi baiak urang ” . Jangan lupa dengan budi baik orang .
2. “ Budi Buruak ” maksudnya budi buruk dapat difahamkan sikap sikap, perkataan dan perbuatan yang buruk dari seseorang seperti; sering memfitnah, sering berdusta dan menipu, sering tidak menyampaikan pesan dan amanat. “ Budi buruak tu jan ditampakan bana di muko urang rami ” . Budi buruk itu janganlah ditampakkan didepan orang ramai . “ Ambo lah tahu budi buruaknyo ambo indak kapicayo lai do ” . Saya telah melihat budi buruknya; saya tidak akan percaya lagi
3. “ Kadapatan Budi” adalah perbuatan seseorang yang diketahui telah melakukan kesalahan dengan sengaja dalam perbuatannya, misalnya seseorang yang selalu bertindak bahawa dia menolong orang miskin namun kemudian diketahui bahwa dia meminta sumbangan atau derma kepada beberapa orang yang diberikan kepada orang miskin. Sumbangan yang diberikan kepada orang miskin itu hanya sedikit, sebahagian besar diambilnya untuk alasan apa adanya. Ketika orang tesebut telah diketahui tindakannya, maka yang dikatakan “ kadapatan budi ” .
4. “Tajua Budi” yaitu sikap seseorang yang selalu kebohongan apakau itu bohong sungguhan atau pura-pura bohong untuk bahan candaan. S ebagai contoh dia mengatakan bahwa motor ini kepunyaan dia, tapi kemudian diketahu bahwa motor itu adalah motor yang dipinjamkan. Orang yang melakukan pembohongan tersebut desibut dengan “ Tajua Budi ”
5. “Hutang Budi” Hutang budi adalah subauh perbuatan, yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita baik dalam bentuk benda atau non benda seperti orang memberi atau meminjamkan sesuatu kebutuhan kita, atau orang lain memberikan nasihat dan solusi yang berharga terhadap masalah yang kita hadapi. Perbuatan baik itu menjadikan suatu data yang diperasaan kita untuk menghapus itu dan perbutan baik pula padanya. “Hutang ameh dapek dibayia hutang budi dibao mati”.
6. “Tali Budi” Hubungan persaudaraan di Minangkabau itu ada diakibatkan oleh hubungan persaudaraan karena tali darah atau persaudaraan akibagt hubungan perbuatan baik yang diberikan oleh orang lain kepada kita sekalipun tidak ada kekarabatan dengan kita dalam hal ini kita wajib selalu menjaga tali silaturrahim kita menjaga hubungan dengan saudara tali sedarah dengan kita sendiri.
7. “Mananam Budi” dapat diartikan sebagai perbuatan seseorang yang melakukan kepada orang lain yang membutuhkan, sebenarnya dia sedang menanamkan untuk orang itu baik dia iklah atau berharapkan akan sesiatu atras keabikannya itu, sehingga suatu saat dia berharap atau tidak itu akan kembali kepada dirinya sendiri, seperti ungkapan pepatah membahasakan: “apo nan di tanam itu yang dituai” .
8. “ Budi Baso” adalah menunjukkan sikap adat sopan santun seseorang dalam berucap dan berkata yang tidak menyinggung perasaaan orang lain jangan sampai terluka akibat kata-kata atau bahasa yang klita sampaiakan, baik lisan maupun tulisan. “Luko badan inai padanannyo, luko hati apo ka paubeknyo”
E. Landasan Budi
Ada lima macam yang menjadi landasan atau sandi dari budi itu menurut ajaran adat yaitu Alua jo patuik, ukua jo jangko, raso jo pareso, barih jo balabeh dan anggo tanggo.
1. “ Alua jo patuik ” (kapantasan jo kapatuitan) sagalo nan ka awak lakuan ado acuannyo lai mamanuehi kapantasan jo kapatuitan norma-norma adaik jo agamo islam nan awak anuik. Mungkin sajo lai pantas tapi indak patuik contohnyo anak daro bapakaian panganten, sudah tu inyo bawo manari, inyo pantas mamakai pakaian panganten dek karano inyo adolah anak daro nan sadang dilewakan aleknyo, tapi indak patuik inyo nan sadang manjadi panganten jo pakaian panganten tu .
2. “ Ukua jo jangko ” (ukuran jo alokasi wakatu) sagalo sasuatu tu disasuaikan jo ukuran / norma sarato wakatu misalnyo urang padusi kini banyak nan mamakai sarawa legin nan sabananyo adolah pakaian dalam, tapi kini dipakai jadi pakaian lua. Sudah tu urang lah sagaek Niniek ko mamakai sarawa legin tu pulo, kan indak pas jo ukuran sarato wakatunyo lai.
3. “ Raso jo pareso ” (pamikiran jo parasaan) kalau Indak shalat lah niniek caritoan dulu mah Indak paralu awak ulang baliek lakukan. Tapi nan jaleh apo pun nan ka awak lakukan harus ditimbang mamakai raso jo pareso tu, sahinggo awak indak salah ”. Niek Reno manaruihan caritonyo.
4. “ Barih jo balabeh ” (hukum jo aturan) sagalo tindak tanduak parbutan awak indak buliah malanggar hukum jo aturan apokah hukum adaik jo agamo atau hukum nan balaku di nagara awak.
5. “ Anggo tanggo ” (moral, etika, akhlak). Anggaran Dasarny a ad a lah ajaran A gam a Islam , sadangkan anggaran rumah tanggany a ad a lah ada t dan jo budaya yang balaku. Kalian harus ta h u bah wa saluruhny a yaitu t ertuang dan n ampak dalam sati ap tingkah laku serta kurenah kita sahari-hari; t e rutam a dalam adab , B er SIKAP, Berkata-kata , bagaul, b er pakaian, b er piki r Dan ber Indak.
Kelima macam landasan budi ini nam pak dalam b er bagai upacara ada t di Minangkabau s eperti ; “ Batagak pangulu, alek pakawinan, manjanguik urang kamatian, mandirikan rumah gadang ” , pad a t e mp at diman a upacations dilangsungkan, urutan acarany a , pidato p er sambahan / sastra, p e ralatan upacara, sikap, tingkah laku s e lam sebuah Upacara, pakaian yang Dipakai, MAKANAN yang dihidangkan, mobil seorang Makan, kasenian dan p e rmaian an yang indah . Urang Minangkabau sanga t m e ng e rti dengan bahas a, nilai-nilai akhlak s erta moral dan etika yang dipakai. Nilai-nilai kaindahan ad a dalam estetika. Etika Dan estetika Harus Satu Kesatuan terpadu TIDAK b o leh dipisahkan ATAU t er pisah-pisah. S e suatu yang indah harus m e ngacu k e pad a etika k e pantasan Serta k e patutan Yang m e ruju k kapad sebuah Ajaran A Gamo Saya slam Yang dianu t Oleh urang Minangkabau.
F. Penutup
Dengan ajaran ajaran adat tetang budi ini, maka kita dapat menyimpulkan bahwa seseorang itu akan mempelajari orang lain dan diterima olah masyarakat sekitar kita memiliki masyarakat baik. Adat Minangkabau memberikan “patron” dalam mendidik kaumnya mengutamakan Budi, seseorang mengatakan memiliki budi seseorang itu mampu mempergunakan akal dan pikirannya sekaligus mampu mendengarkan kata sebelum melakukan perbuatan atau tindakan tertentu.
G. Sumber Bacaan:
1. Reno Puti Raudha Thaib Raudah, Carito Niek Reno, Minangkabau Institut Padang 2017;
2. Suarman, Adat Minangkabau Nan Salingka Hiduik, Solok, 2000;
3. Zulkarnaini, Minangkabau Ranah Nan Den Cinto Budaya Alam Minangkabau , Bukittinggi: Usaha Ikhlas, 2003
Komentar
Posting Komentar